Artikel
Sejarah Desa Selakambang
Sepintas Sejarah Desa Selakambang
Sejarah Desa Selakambang Kecamatan Kaligondang cukup lekat dengan peran dua tokoh yang selalu diingat masyarakat dari generasi ke generasi. Eyang Purwasuci yang dikenal dengan kesaktiannya dan Syech Hasan Bukhori yang gemar menyebarluaskan Ajaran Islam menjadi cerita dari masa ke masa. Sejumlah masyarakat Desa Selakambang mengakui, Eyang Purwasuci memiliki ilmu kanuragan yang tak bisa diremehkan.
Tak diketahui pasti kapan Eyang Purwosuci ini wafat. Namun berdasarkan cerita dari masyarakat Selakambang, Eyang Purwasuci hidup saat Purbalingga masih dalam penguasaan penjajahan Belanda.
Pertempuran antara Eyang Purwasuci dari Selakambang dan Ki Ageng Menggala dari Desa Pagerandong menjadi bagian tersendiri dalam sejarah Selakambang.
Singkat cerita, pertempuran Eyang Purwasuci dan Ki Ageng Menggala tersebut cukup beresiko bagi Desa Selakambang sendiri. Pasalnya, pertempuran itu mempertaruhkan sebagian wilayah dari desa masing-masing. ”Dua-duanya dikenal sakti. Pertempuran dua orang ini diwarnai dengan batu-batu yang melayang diudara. Batu-batu itu jatuh dan menumpuk di sebuah dusun yang dinamakan watukumpul,” tutur Achmad Khudori, salah satu sesepuh Desa Selakambang.
Pertempuran itu dimenangkan oleh Eyang Purwasuci. Ki Ageng Menggala roboh dengan tikaman keris Eyang Purwosuci. Saat ini keris dan baju yang digunakan Eyang Purwasuci saat melawan Ki Ageng Menggala masih tersimpan rapi di kediaman Achmad Khudori. ”Sebenarnya, Eyang Purwasuci itu tidak berperawakan tinggi besar. Orangnya kecil, namun memiliki kesaktian yang tinggi,” tutur Achmad Khudori sambil menunjukkan baju dan celana dan iket wulung milik Eyang Purwasuci.
Lain lagi dengan Syech Hasan Bukhori. Tokoh yang hidup pada jaman penjajahan Jepang ini cukup getol menyebarkan ajaran Islam dan juga ikut berjuang melawan penjajah.
Sebuah langgar atau musholla kecil yang masih dalam bentuk aslinya serta sebuah mimbar masjid yang ada di Masjid Agung Selakambang menjadi salah satu buktinya.
Belum banyak diketahui mengenai riwayat dan sepak terjang sesepuh Desa Selakambang ini.
”Syech Hasan Bukhori ini merupakan keturunan dari Samenggala. Nama lainnya adalah Singawikarta. Langgar kecil ini dulu dibangun oleh Syech Hasan Bukhori dan masih tetap dalam wujud aslinya,” tutur Achmad Khudori yang juga merupakan cucu dari Syech Hasan Bukhori.
Sekilas tidak ada yang istimewa dengan bangunan langgar kecil yang berpagar bambu dan bertiang kayu ini. Namun jangan heran, langgar kecil ini pernah diberondong peluru oleh serdadu Jepang yang sedang mencari Syech Hasan Bukhori. Meski diberondong peluru, bangunan langgar ini tidak mengalami kerusakan. Menurut cerita Achmad Khudori, orang –orang yang ada di dalam langgar saat itu juga selamat.
Karena nilai sejarah itulah, Ahmad Chudori tetap mempertahankan bangunan langgar seperti aslinya. Ia hanya membenahi sejumlah bagian yang sudah nampak rusak. Namun, hingga saat ini belum ada bagian yang mengalami kerusakan berat.”Ada yang menawari bantuan untuk dibangunkan musholla yang lebih bagus dan permanen di tempat ini, tapi saya tidak mau. Saya lebih senang dengan bentuk aslinya. Ini juga amanat dari Eyang Hasan Bukhori,” tambahnya.
Ahmad melanjutkan, saat penjajahan Jepang itulah, Syech Hasan Bukhori tak pernah lelah berjuang untuk mempertahankan kemerdekaan Indonesia. ”Eyang Hasan Bukhori berhasil menerjunkan sejumlah orang untuk menguras gudang senjata milik Jepang sehingga orang pribumi memiliki senjata untuk berjuang,” tambahnya.
Salah satu peninggalan Stech Hasan Bukhori lainnya adalah sebuah mimbar yang kini berada di Masjid Agung Selakambang. Desain mimbar ini sepemuhnya dibuat oleh Syech Hasan Bukhori. Banyak yang mengatakan, bentuk maupun desain mimbar tersebut hampir sama dengan mimbar yang ada di Mekah.